Jaga Kesehatan

Jagalah selalu kesehatan anda.

Jaga Kesehatana

Jagalah selalu kesehatan anda.

Jaga Kesehatana

Jagalah selalu kesehatan anda.

Jaga Kesehatana

Jagalah selalu kesehatan anda.

Jaga Kesehatana

Jagalah selalu kesehatan anda.

Sunday, October 30, 2016

Batu Kandung Kemih

Pengertian

Batu kandung kemih adalah batu yang terdiri dari mineral, yang ditemukan pada kandung kemih. Kandung kemih itu sendiri merupakan tempat penampungan urine  atau air seni sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui saluran urethra.

Penyebab

Batu kandung kemih disebabkan karena pengosongan kandung kemih yang tidak baik, sehingga urine tertinggal dalam kandung kemih. Akibatnya mineral dalam urine (terutama urine yang pekat) dapat saling menempel dan mengeras hingga membentuk kristal dan akhirnya batu.
Beberapa keadaan medis meningkatkan faktor resiko pembentukan batu kandung kemih, seperti:
  • pembesaran prostat
  • neurogenic bladder (kerusakan saraf yang menyebabkan pengosongan kandung kemih kurang baik)
  • sistokel (kelemahan pada dinding kandung kemih yang menyebabkan kandung kemih ‘jatuh’ ke vagina)
  • diverticula kandung kemih (pembentukan ’kantung’ pada dinding kandung kemih)
  • diet (pola makan tinggi lemak, gula dan garam juga rendah vitamin A dan B)
  • kurang minum (menyebabkan urine pekat)

Diagnosis

Untuk menentukan diagnosis abut kandung kemih, dapat dilakukan pemeriksaan analisa urine. Adanya batu kandung kemih dapat memberikan hasil positif untuk pemeriksaan nitrit, leukosit esterase, dan darah.
Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan darah untuk mengevaluasi fungsi ginjal serta adanya peningkatan leukosit (sel darah putih) pada kasus sumbatan akibat batu dan infeksi.
Pemeriksaan radiologis juga sangat membantu diagnosis batu kandung kemih. Pemeriksaan gold standard yang disarankan oleh American Urological Association adalah CT-scan tanpa kontras untuk area abdomen (perut) dan pelvis (penggul). Jika pemeriksaan ini tidak tersedia, dapat dilakukan pemeriksaan sinar X KUB (Kidney, Ureter, Bladder).
Pada wanita hamil, pemeriksaan yang disarankan adalah ultrasound.

Gejala

Gejala yang dapat ditimbulkan batu kandung kemih cukup beragam, seperti:
  • nyeri perut bawah, bisa juga dirasakan pada kelamin
  • nyeri atau kesulitan saat berkemih
  • frekuensi berkemih yang lebih sering, terutama malam hari
  • kesulitan memulai berkemih (
  • pancaran urine yang berhenti dan muncul kembali saat berkemih
  • urine yang keruh atau berwarna gelap
  • adanya darah pada urine
Pada beberapa orang, bisa saja tidak merasakan adanya gejala apapun.

Pengobatan

Untuk penanganan batu kandung kemih, ada dua jenis pengobatan yang bisa dilakukan, yaitu:
  • Farmakologis
    • Pemberian obat (potassium sitrat) bertujuan untuk membuat urine lebih basa agar dapat melarutkan batu yang bersifat asam (digunakan pada kasus terbentuk batu asam urat)
    • target pH urine adalah 6.5 atau lebih, namun perlu diingat terdapat resiko terjadi deposit kalsium fosfat pada permukaan batu sehingga membuat terapi tidak efektif
  • Bedah
    Terdapat beberapa pendekatan pembedahan yang dapat dipertimbangkan untuk menangani batu kandung kemih. Penggunaan endoskopi bertujuan untuk menghancurkan batu menjadi lebih kecil, sehingga dapat keluar melalui saluran kemih.
    Namun, pada kasus batu yang terlalu besar, terlalu keras, ataupun saluran kemih yang kecil (misalkan pada anak-anak), umumnya operasi terbuka lebih dianjurkan untuk dilakukan.

Pencegahan

Untuk mencegah terbentuknya batu kandung kemih, ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan, antara lain:
  • penanganan keadaan medis yang meningkatkan faktor resiko pembentukan batu kandung kemih
  • meningkatkan asupan cairan untuk mengurangi kepekatan urine
  • berkemih secara teratur, jangan menahan BAK
  • jika berkemih terasa tidak tuntas, jangan ragu untuk kembali mencoba buang air kecil 10–20 detik setelah usaha berkemih yang pertama
  • hindari sembelit/ konstipasi

Friday, October 21, 2016

Benda Asing Pada Esofagus

Pengertian

Benda asing pada esofagus atau kerongkongan adalah benda yang tajam ataupun tumpul yang tersangkut dan terjepit di esophagus. Benda tersebut dapat berupa makanan yang tertelan baik secara sengaja atau tidak sengaja tertelan.
Esofagus atau kerongkongan merupakan bagian dari sistem pencernaan yang menghubungkan bagian mulut dengan lambung. Kondisi ini dapat terjadi pada semua umur. Meski demikian, kejadian ini lebih sering terjadi pada anak 6 bulan sampai 6 tahun karena proses menelan yang belum baik.
Jika benda asing yang tertelan tidak menimbulkan sumbatan total, biasanya tidak dianggap sebagai kasus emergensi. Namun jika benda asing menyebabkan sumbatan total, seperti tersedak makanan yang konsistensinya padat dan belum lumat, maka keadaan ini merupakan keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera.

Diagnosis

Penentuan diagnosis terhadap benda asing pada esofagus dilakukan lewat serangkaian wawancara medis dan pemeriksaan fisik. Untuk kasus yang terjadi pada anak, dokter akan menanyakan adanya kemungkinan orang tua pernah melihat anaknya memasukkan benda ke dalam mulut.
Sedangkan untuk kasus yang terjadi pada orang dewasa, biasanya dokter akan menanyakan riwayat penggunaan gigi palsu. Sebab, terkadang tanpa disadari, gigi palsu dapat terlepas dan tertelan.
Pada pemeriksaan fisik, dokter dapat melakukan pengecekan terhadap beberapa hal. Antara lain:
  • Kekakuan dan nyeri lokal di sekitar leher
  • Sesak nafas
  • Adanya robekan
  • Suara seperti mendengkur atau bunyi benda yang bergetar

Gejala

Gejala yang mungkin timbul dalam kasus benda asing pada esofagustergantung dari beberapa hal. Antara lain ukuran, bentuk, jenis benda asing, dan lokasi tersangkutnya.
Tanda-tanda yang biasanya dirasakan adalah:
  • Timbul nyeri di daerah leher
  • Timbul rasa nyeri di punggung
  • Merasa seperti tercekik
  • Sulit menelan (disfagia), bervariasi tergantung dari ukuran dan bentuk benda asing
  • Sesak nafas
  • Mengorok

Penyebab

Penyebab benda asing pada esofagus, dapat disebabkan karena banyak hal. Penyebab pada anak antara lain:
  • Gangguan bentuk dan fungsi esofagus akibat bawaan lahir
  • Belum tumbuhnya gigi graham untuk mengunyah dengan baik, sehingga makanan kurang lunak untuk ditelan
  • Koordinasi proses menelan dan otot-otot kerongkongan yang belum sempurna pada kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun
  • Retardasi (keterbelakangan) mental
  • Gangguan tumbuh kembang dan penyakit-penyakit gangguan fungsi saraf lain
  • Kebiasaan memasukkan benda asing dalam mulut
Sedangkan penyebab pada dewasa antara lain:
  • Pemasangan gigi palsu yang kurang baik
  • Kehilangan sensasi rasa (tactile sensation) dari palatum (langit-langit)
  • Adanya penyakit-penyakit esofagus yang menimbulkan gejala kesulitan menelan kronis, yaitu esofagitis refluks, akhalasia (ganguan kemampuan untuk menelan), karsinoma (kanker)
  • Cara mengunyah yang salah
  • Mabuk
  • Intoksikasi (keracunan)

Pengobatan

Pengobatan benda asing pada esofagus dapat dilakukan berupa tindakan untuk mengeluarkan benda tersebut dan mencegah komplikasi yang lebih buruk.
Prosedur mengeluarkan benda asing tersebut bisa berupa tindakan esofagoskopi dengan memakai penjepit yang sesuai. Kemudian dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai kelainan-kelainan esofagus yang telah ada sebelumnya.
Untuk benda asing tajam yang tidak bisa dikeluarkan dengan tindakan esofagoskopi biasanya akan dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda asing tersebut. Bila dicurigai terdapat lubang kecil, maka perku dilakukan pemasangan pipa nasogaster (hidung menuju lambung) agar penderitanya tidak menelan.
Benda asing tajam yang telah masuk ke dalam lambung dapat menyebabkan robekan esofagus. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi sebaik-baiknya untuk melihat bila ada perlukaan dini.
Bila letak benda asing menetap selama 2x24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan.

Pencegahan

Untuk mecegah kejadian adanya benda asing pada esofagus, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan. Di antaranya adalah:
  • Mengawasi benda-benda kecil di sekitar anak Anda
  • Memberikan anak-anak makanan sesuai dengan usianya
  • Tidak menggunakan gigi palsu saat tidur
  • Menggunakan gigi palsu sesuai dengan ukuran mulut
  • Menghindari kebiasaan ‘memegang’ benda dengan mulut
  • Berhati-hati dalam mengkonsumsi ikan, terutama yang berduri kecil
  • Menghindari konsumsi minuman beralkohol